Si Pahit Lidah - Part 1

Dahulu kala ada seorang anak muda bernama Pagar Bumi. Ia mempunyai enam saudara yang telah mengembara jauh tak tentu rimbanya. Pada suatu hari ahli ramal kerajaan bertemu dengan Pagar Bumi. Selintas pandang ia sudah dapat menerka bahwa kelak ia akan menjadi seorang tokoh sakti, namun kesaktiannya itu akan membahayakan kerajaan. Maka pada hari itu juga Pagar Bumi dan kedua orangtuanya di perintah menghadap ke istana kerajaan. Disana Pagar Bumi mendapat titah Raja bahwa dia harus segera meninggalkan wilayah kerajaan Jawa, dia harus diasingkan ke Pulau Sumatera.


Ibunya menangis tersedu-sedu. Maka hari itu juga derai air mata kedua orang tuanya, Pagar Bumi meninggalkan kampung halaman. Ia sudah berjalan ke arah barat selama beberapa hari. Pada suatu hari ia sampai di sebuah desa yang termasuk wilayah kerajaan yang diperintah seorang Ratu wanita sakti yang mempunyai ilmu ghaib. Di desa itu ia berkenalan dengan seorang pemuda sebaya dengannya. Mereka mendengar bahwa sang ratu memberi kesempatan kepada siapa saja untuk belajar ilmu kesaktian kepadanya. Maka kedua sahabat itu pun pergi mengahdap sang ratu untuk menuntut ilmu.

Kebetulan yang mendapat giliran pertama adalah temannya. Pagar bumi menunggu giliran di pendopo ruang tunggu. Karena menunggu terlalu lama kahirnya Pagar Bumi tertidur lelap di pendopo. Hingga temannya selesai ia masih tertidur. Padahal namaya sudah dipanggil beberapa kali untuk menghadap sang Ratu. Celakanya si teman ini tidak membangunkannya, ia terus saja pulang meninggalkan Pagar Bumi. Karena namanya dipanggil beberapa kali tidak segera menghadap maka beberapa pengawal mencoba membangunkan Pagar Bumi dengan cara kasar, namun Pagar Bumi tetap belum bangun dari tidurnya. Sang Ratu pun akhirnya tak sabar, ia segera menghampiri Pagar Bumi. Ia mencoba pula membangunkan Pagar Bumi, namun tindakannya sia-sia.

Lalu sang Ratu kembali ke ruang dalam. Sesaat kemudian ia kembali lagi dengan membawa secangkir air putih yang telah diberi mantra dan reramuan. Air tersebut dituangkan sang Ratu ke dalam mulut Pagar Bumi. Pemuda itupun sadarkan diri. Terbangun dari tidurnya. Ia terkejut mendapati dirinya berada dihadapan sang Ratu dan para hulu balalang yang berwajah angker. Tetapi dimana temannya tadi. Mengapa ia tidak hadir di tempat ini. Para pengawal kemudian menjelaskan bahwa temannya telah lama pergi ketika masih tertidur lelap. Menyadari hal ini Pagar Bumi merasa malu dan kemudian segera berpamit keluar istana, ia telah lupa pada niatnya semula untuk berguru kepada sang Ratu.

Pagar Bumi berjalan ke arah barat hingga di tepi pantai ujung kulon. Tak disangka sang teman yang telah dianggapnya sahabat itu telah menghianati dirinya. Sementara itu sang Ratu berkata kepada para pengawalnya.

Ratu :walaupun dia belum sempat belajar ilmu, dalam tempo empat puluh hari dari sekarang tapi ia akan beroleh kesaktian melalui lidahnya, karena aku telah memberinya ramuan berisi mantra ghaib ke dalam mulutnya.

Pagar Bumi berniat berniat menyebrangi Selat Sunda. Kebetulan ada perahu dagang yang hendak menyeberang, ia ikut menumpang di atas perahu sekunar itu. Maka sampailah ia di Pulau Sumatera. Ia terus berkelana ke pedalaman. ( Lanjut ke Part 2 )

1 komentar: